Soal Mata Air Kolongan Tamuntuan Bungkam, Terkesan Sudah Masuk Angin

Caption : Pj Hukum Tua Yohanna Beatrix Tamuntuan dan Sekdes Clief Sangian

Minahasa, Swarakawanua.id – Dampak dari perubahan kortur tanah di sebagian Kawasan Lindung Hutan Mata Air Kolongan Desa Sea saat ini mulai dirasakan. Melihat hal tersebut Swarakawanua.id mencoba mengkonfirmasi ke Penjabat (Pj) Hukum Tua Desa Sea Yohanna Beatrix Tamuntuan.

Megahmark

Namun, niat media ini untuk mendapatkan jawaban dari pemerintah Desa dalam hal ini Hukum Tua Yohanna Beatrix Tamuntuan bertepuk sebelah tangan atau tidak mendapatkan jawaban pasti sebab yang banyak memberikan keterangan adalah Sekertaris Desa (Sekdes) Clief Sangian.

Menurut Sangian menurunnya kuota air di sumber mata air Kolongan diakibatkan musim kemarau yang berkepanjangan dan itu bukan hanya di mata air Kolongan saja.

“Di Sea ada 12 titik sumber mata air. Akibat musim panas semua mata air mengalami penurunan. Saya juga pengguna mata air Siberia dan itu juga mengalami penurunan,” ujarnya.

Dijelaskanya, terkait mata air Kolongan Pemerintah Desa sudah pernah mengambil langkah untuk pembuatan bak air untuk pengusulan sudah dibuatkan proposal.

“Itu telah kami usulkan ke Kementerian. Karena dia mata air Kolongan siapa yang ingin memasang tinggal dipasang (pipa,red) jadi kontrol pemerintah desa sangat kecil karena tidak diatur secara baik oleh Pemerintah karena semua masyarakat punya keinginan sendiri untuk melakukan pemasangan air seharusnya pemerintah bisa untuk mengatur itu,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, untuk pembangunan Bak air disitu menelan anggaran sebesar Rp 500 juta berdasarkan proposal yang diusulkan ke Pusat atau Kementerian.

“Nah, kalau itu jadi barulah akan diatur per Jaga. Karena mata air Kolongan itu dipakai sebagian Jaga I, sebagian Jaga II, sebagian Jaga IV dan semua Jaga III,” tuturnya.

Menurutnya sumber mata air di Kolongan hanya Satu. Sedangkan yang lain itu merupakan inisiatif masyarakat yang melihat ada air keluar dikiri dan kanan kemudian digali

“Itu inisiatif masyarakat untuk membuat dan mungkin mereka memiliki kelompok untuk pembuatan bak dan dipasang pipa. Jadi, jika ditanya apa langkah Kami akan andil karena di Desa itu bukan hanya kami pemerintah tapi ada BPD untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat,” kata dia.

Lanjut dikatakannya untuk mengambil langkah dalam menangani permasalahan yang terjadi di Hutan mata air Kolongan Pemerintah akan mengadakan sosialisasi terkait hal tersebut.

“Sosialisasi akan kami lakukan karena tidak semua masyarakat bisa mengerti dengan apa yang akan kami lakukan. Karena ini baik bagi masyarakat dan bukan hanya kepentingan untuk kelompok-kelompok tertentu itu adalah Terget kami Pemerintah Desa,” ucapnya.

“Jadi, memang untuk dukungan-dukungan termasuk Anggaran. Pada pembahasan yang lalu kami telah menghantarkan untuk jaga III yakni jaringan air bersih dan akan dibuatkan bak dan dibagikan ke masyarakat. Jadia, terkait berkurangnya air diakibatkan oleh musim panas,” tambahnya.

Disisi lain Syultje Sangian prinsipal sekaligus pengguna mata air menegaskan bahwa musim panas atau kemarau bukanlah suatu alasan yang membuat sumber mata air Kolongan mati dan berkurangnya debit air di Sumber mata air terkahir.

“Sebelum adanya penggusuran oleh PT BML musim panas atau kemarau pernah terjadi lebih lama dari ini tapi mata air Kolongan masih berjalan baik atau tidak pernah berkurang,” ujarnya.

Lanjutnya, sesuai dengan fakta yang terjadi di Kawasan Lindung Hutan Mata Air Kolongan Desa Sea saat ini dampak terbesar dan mengakibatkan berkurangnya debit air dikarenakan pengrusakan sebagian hutan oleh PT BML.

“Sejak adanya pembangunan diatas hutan mata air sudah ada mata air yang telah mati dan bahkan sumber yang tersisa sampai saat ini masih kami pakai sudah mulai berkurang,” bebenya.

Ia berharap adanya perhatian dari pemerintah Desa dalam menjaga kelestarian hutan mata air Kolongan. Dia kuatir kedepannya masyarakat tidak akan mendapatkan kembali air.

“Jika tidak dengan cepat ditangani oleh pemerintah kami sangat yakin tidak akan kembali mendapatkan air karea saat ini dampaknya telah kami rasakan,” tandasnya. (Mesakh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *